Study reveals value of crowd-sourcing Twitter data to respond to disasters

Study reveals value of crowd-sourcing Twitter data to respond to disasters

Researchers at the UOW's SMART Infrastructure Facility have developed a system to map flooding in real-time using crowd-sourced data from Twitter.

A pilot study mapping floods in one of the world’s fastest developing cities has revealed the value of crowd-sourced data to support disaster risk management for governments and citizens.

PetaJakarta.org is led by co-principal investigators Dr Etienne Turpin and Dr Tomas Holderness of UOW. The web-based platform runs on custom built open source software, called CogniCity, which turns the geo-tagged Tweets by Jakarta’s citizens into valuable data.

The platform allows citizens to share flood information with social media peers while simultaneously providing the Jakarta Emergency Management Agency (BPBD DKI Jakarta) with data to support decision making for disaster response. Furthermore, the information shared via Twitter is visualised in real-time with an online map so citizens can warn each other about flood-affected areas and can safely navigate around the city.

“Jakarta’s population is one of the most active on Twitter in the world, so it is the ideal place to trial CogniCity, which is open-source, specifically designed for disaster management, and capable of consuming more than 240 tweets per second,” Dr Holderness said.

The pilot study was conducted during the 2014/2015 monsoon season in collaboration with the BPBD DKI Jakarta, and Twitter Inc., and is a world-first collaboration between Twitter, a university, and a disaster management agency.

“Information collected by the platform complements existing disaster response systems and helps BPBD DKI Jakarta respond faster to flood situations, which frequently occur across the CBD and outer city regions during the monsoon,” Dr Turpin said, adding that recent trends in weather intensification have exacerbated the problem.   

Since the project’s official launch by Jakarta Governor Basuki Tjahaja Purnama in December 2014, thousands of people have reported flood problems to PetaJakarta.org via their mobile devices. At peak times, PetaJakarta.org handled more than 3,000 users per hour.

With the support of Twitter, two-way communication protocols to help solicit flood reporting from the public were also trialled; more than 89,000 programmatic invitations have been disseminated to Twitter users in Jakarta, resulting in more than 2.2 million Twitter impressions.

“Due to its prevalent use, rich multimedia capabilities, and geolocation parameters, Twitter sees huge amounts of valuable data being shared by its users. And, as we’ve seen with the PetaJakarta.org project, CogniCity has the ability to make sense of this information in the context of disaster management so it can be analysed and acted upon,” Dr Turpin said.

Importantly, CogniCity is transferable software and could readily be deployed in other cities to address issues such as waste management, transport and traffic congestion, weather emergencies, and even elections and governance.

A White Paper with information about the CogniCity software and its capabilities, and a review of the recent PetaJakarta.org Joint Pilot Study, was announced at the “What Works” session of the New Cities Summit in Jakarta on 10 June 2015.

The White Paper will also be highlighted in the U.S. by Twitter’s Jim Moffitt at the 2015 National Hydrologic Warning Council Training Conference & Exposition on 15 June.

About the University of Wollongong:

The University of Wollongong (UOW) is globally ranked as one of Australia’s best modern universities and currently sits among the top two per cent of universities in the world.

UOW has built an international reputation for world-class research and exceptional teaching quality. It has a five-star status for its ‘educational experience’ and ‘graduate outcomes’.

The SMART Infrastructure Facility draws on the University of Wollongong’s proven research track record and the academic strength in the areas of engineering, commerce, informatics, law, and science to holistically assess infrastructure solutions.

PetaJakarta.org is a UOW Global Challenges Project that addresses the challenge of Sustaining Coastal and Marine Zones. The Global Challenges Program is a major research initiative designed to harness the expertise of world-class researchers to address complex, real-world problems – to transform lives and regions.  


Studi mengungkap peran data Twitter hasil crowdsourcing dalam menanggapi bencana

Para peneliti dari SMART Infrastructure Facility University of Wollongong (UOW) telah mengembangkan sebuah sistem untuk memetakan banjir secara real time dengan menggunakan data hasil crowdsourcing dari Twitter.

Studi awal pemetaan banjir di salah satu kota dengan perkembangan paling cepat di dunia telah mengungkap peran data hasil crowdsourcing untuk mendukung pengelolaan risiko bencana oleh pemerintah dan penduduk kota.

PetaJakarta.org dipimpin oleh Dr Etienne Turpin dan Dr Tomas Holderness selaku co-principal investigator atau peneliti utama dari UOW. Platform berbasis web ini dijalankan dengan menggunakan perangkat lunak bersumber terbuka (open source) khusus bernama CogniCity yang mengubah kicauan-kicauan (tweets) dengan penanda lokasi (geo-tag) dari penduduk Jakarta menjadi data yang berharga.

Platform ini memungkinkan penduduk kota untuk berbagi informasi tentang banjir dengan sesamanya melalui media sosial sekaligus menyediakan data untuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta untuk membantu pengambilan keputusan dalam menanggapi bencana.

Informasi yang dibagikan via Twitter divisualisasikan secara real time pada peta online sehingga penduduk kota dapat mengingatkan satu sama lain mengenai area-area yang terkena banjir dan dapat berkegiatan dengan aman di dalam kota.

“Penduduk Jakarta merupakan salah satu populasi pengguna Twitter paling aktif di dunia, sehingga kota ini menjadi tempat yang ideal untuk mengujicoba CogniCity, yang bersumber terbuka, didesain secara khusus untuk penanggulangan bencana, dan mampu menerima lebih dari 240 kicauan per detik,” menurut Dr Holderness.

Studi awal yang diadakan selama musim hujan 2014/2015 ini berkolaborasi dengan BPBD DKI Jakarta, dan Twitter Inc., dan merupakan kolaborasi pertama di dunia antara Twitter, universitas, dan badan penanggulangan bencana.

“Informasi yang dikumpulkan oleh platform ini melengkapi sistem tanggap bencana yang telah ada dan membantu BPBD DKI Jakarta untuk lebih cepat dalam menanggapi situasi banjir, yang kerap terjadi di pusat bisnis dan wilayah-wilayah luar kota selama musim hujan,” kata Dr Turpin, menambahkan bahwa tren terbaru dalam intensifikasi cuaca telah memperburuk masalah.

Sejak peluncuran resmi proyek ini oleh Gubernur DKI Jakarta Bapak Basuki Tjahaja Purnama pada bulan Desember 2014, ribuan orang telah melaporkan masalah banjir ke PetaJakarta.org melalui perangkat seluler mereka. Pada waktu-waktu puncak, PetaJakarta.org bahkan menangani lebih dari 3.000 pengguna per jam.

Dengan dukungan Twitter, protokol komunikasi dua arah untuk membantu pengumpulan laporan banjir dari masyarakat juga diujicoba; lebih dari 89.000 undangan terprogram (programmatic invitation) telah disebarluaskan kepada pengguna Twitter di Jakarta dan menghasilkan lebih dari 2,2 juta impresi di Twitter.

“Karena penggunaannya yang umum, kapabilitas multimedianya yang kaya, dan parameter geolokasinya, Twitter melihat data berharga dalam jumlah besar dibagikan oleh para penggunanya. Dan, sebagaimana terlihat pada proyek PetaJakarta.org, CogniCity memiliki kemampuan untuk membuat informasi ini dapat dimengerti dalam konteks penanggulangan bencana sehingga dapat dianalisis dan ditindaklanjuti,” ujar Dr Turpin.

Penting untuk dicatat bahwa CogniCity merupakan perangkat lunak yang dapat dialihkan dan dapat dengan mudah digunakan di kota-kota lain untuk menangani isu-isu seperti pengelolaan sampah, transportasi dan kemacetan lalu lintas, keadaan cuaca darurat, dan bahkan pemilu dan pemerintahan.

Laporan resmi yang meliputi informasi mengenai perangkat lunak CogniCity dan kapabilitasnya, serta ulasan mengenai Joint Pilot Study

PetaJakarta.org akan diluncurkan pada saat presentasi Dr Turpin di sesi “What Works” New Cities Summit di Jakarta tanggal 10 Juni 2015.

Laporan resmi ini akan disorot di Amerika Serikat oleh Jim Moffitt dari Twitter di acara 2015 National Hydrologic Warning Council Training Conference & Exposition tanggal 15 Juni.

Catatan untuk media
Laporan resmi, “PetaJakarta.org: Menelaah Peran Media Sosial dalam Manajemen Banjir selama Musim Hujan di Jakarta, Indonesia” dapat diakses secara online: http://petajakarta.org/banjir/en/research

Informasi lebih lanjut
Detail mengenai pendanaan dan dukungan untuk proyek, informasi latar belakang, dan tulisan ilmiah terkait dapat diakses secara online: http://bit.ly/PetaJakarta2015

Wawancara dengan Dr Etienne Turpin dan Dr Tomas Holderness dapat dijadwalkan melalui kontak media yang tercantum di bawah ini.

Kontak media

Australia
Jacqueline Wales, Media Officer at UOW
jwales@uow.edu.au

+61 2 4221 4582 or +61 4 27 225 657
Indonesia 

Fitria Sudirman, PetaJakarta.org Social Media Coordinator
media@petajakarta.org
+6285 255979776 or +6221 83783863

Tentang University of Wollongong:

University of Wollongong (UOW) secara global menempati peringkat sebagai salah satu universitas modern terbaik di Australia dan saat ini berada di posisi dua persen teratas universitas dunia.

UOW telah membangun reputasi internasional sebagai universitas dengan riset kelas dunia dan kualitas pengajaran yang luar biasa. Universitas ini mendapat lima bintang untuk ‘pengalaman belajar’ dan ‘kualitas alumni’-nya.

SMART Infrastructure Facility berpegang pada rekam jejak penelitian University of Wollongong yang telah terbukti dan kekuatan akademiknya di bidang teknik, perdagangan, informatika, hukum, dan ilmu pasti untuk meninjau secara menyeluruh solusi-solusi infrastruktur.

UOW Global Challenges Program adalah prakarsa penelitian utama yang dirancang untuk memanfaatkan keahlian para peneliti kelas dunia dalam menangani masalah-masalah kompleks dan nyata – untuk mengubah kehidupan dan wilayah.